New York – Harga minyak dunia melonjak tajam ke level 108 dolar AS per barel pada Kamis (30/10/2025), level tertinggi sejak 2022. Kenaikan harga ini dipicu oleh gangguan pasokan akibat ketegangan di Timur Tengah dan laporan penurunan produksi dari OPEC+ sebesar 1,2 juta barel per hari.

Kenaikan harga minyak secara langsung memengaruhi inflasi di negara-negara maju, termasuk Amerika Serikat dan Jerman. Pemerintah di kedua negara tengah menimbang opsi untuk membuka cadangan strategis minyak nasional guna menekan harga di pasar domestik yang mulai membebani masyarakat.

Baca Juga : Pemprov DKI Jakarta Dorong Terwujudnya Kota yang Berkelanjutan dan Inklusif

Selain itu, kekhawatiran pasar juga meningkat karena potensi perlambatan ekonomi global akibat biaya energi yang melonjak. Para ekonom memperingatkan bahwa jika harga minyak tetap tinggi hingga akhir tahun, dunia bisa menghadapi stagflasi seperti yang terjadi pada awal 1980-an.

Di sisi lain, produsen minyak seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab menikmati peningkatan pendapatan yang signifikan, memperkuat posisi mereka sebagai pemain utama dalam ekonomi global yang semakin bergantung pada energi.

Baca Juga : Guru Madrasah Gelar Aksi Tuntut Kesetaraan dan Pengangkatan Sebagai PPPK